Quantcast
Channel: lensaindonesia
Viewing all articles
Browse latest Browse all 50591

Ahli waris pemilik tanah buka segel gerbang SDN Ketupat II

$
0
0

LENSAINDONESIA.COM: Ahli waris pemilik tanah akhirnya membuka segel pintu gerbang Sekolah Dasar Negeri Ketupat II Desa Ketupat, Kecamatan Ra’as, Kabupaten Sumenep, Madura, Sabtu Siang (04/05/2013).

Pelepasan segel itu dilakukan setelah terjadi kesepakatan antara pihak ahli waris pemilik lahan dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep terkait sengketa jual beli tanah.

Baca juga: UPT Dinas Pendidikan janji turun ke SDN Ketupat II dan Gedung SDN Ketupat II Kepulauan Ra’as disegel warga

Kesepakatan yang dicapai kedua belah pihak adalah ahli waris pemilik lahan akan membuka segel dengan catatan pemerintah membayar ganti rugi tanah. Selain itu, ahli waris juga wajib menjadi tenaga sukwan (hnorer) di sekolah tersebut.

Pantauan LICOM, proses mediasi cukup alot. Rapat kedua belah pihak dimulai sejak puluk 09:00 WIB dan berakhir pukul 14:00 WIB.

Turut hadir dalam mediasi itu Kepala Desa Ketupat Nasiruddin, Kepala Sekolah SDN Ketupat III Halimatus Sa’diyah, Kepala UPT Dinas Pendidikan Ra’as Na’im, Camat Ra’as Mohammad Warsono, Kapolsek Ra’as Mohammad Rahmatullah, Danramil Ra’as Kapten Soubari, serta utusan dinas pendidikan yang diwakili Kabid Dikdas Fajar Santoso.

Kepala UPT Pendidikan Ra’as Na’im mengaku sangat bersyukur setelah segel pintu gerbang sekolah dibuka. Sebab, kegiatan belajar mengajar sekolah tersebut akan normal kembali.

Selama penyegelan, KBM terpaksa dilakukan di rumah warga. “Saya sangat bersyukur, karena siswa akan belajar di kelas lagi,” ujarnya. Apalagi, siswa kelas akhir akan mengikuti ujian nasional dalam beberapa hari mendatang.

Na’im menjelaskan, ganti rugi tanah yang disepakati mengacu pada nilai jual objek pajak (NJOP), yakni seharga 31 ribu per meter persegi. Sedangkan ahli waris mengklaim tanahnya seluas 10380 meter persegi. Oleh sebab itu, pihaknya akan mengutus tim untuk mengukur luas dan panjang tanah tersebut.

“Kami akan menurunkan tim untuk mengukur luas dan panjang tanahnya. Sebab, bisa saja lebih atau kurang dari yang diucapkan ahli waris,” jelas Na’im.

Sedangkan Mohammad Johan, salah satu guru, merasa bahagia dengan berakhirnya polemik tanah yang dibangun sekolah itu. Sebab, konsentrasi belajar siswa diyakini akan penuh kembali, tak seperti belajar di emperan rumah warga yang mudah pecah konsentrasi ulah kebisingan. “Tak ada lain yang diinginkan semua guru, hanya konsentrasi belajar siswa bisa full,” ujarnya.@rhahmatullah

alexa ComScore Quantcast Google Analytics NOscript alexa ComScore Quantcast Google Analytics NOscript

Viewing all articles
Browse latest Browse all 50591

Trending Articles