Quantcast
Viewing all articles
Browse latest Browse all 50591

Rizal Ramli: Transisi Harus Pacu Kesejahteraan

Image may be NSFW.
Clik here to view.

LENSAINDONESIA.COM: Negara-negara yang mengalami transisi dan menggunakan pendekatan struktural akan memacu kesejahteraan rakyat. Mereka bergerak cepat untuk memasok pangan dengan harga murah, meningkatkan kapasitas dan nilai tambah nasional. Transisi model ini akan mendapatkan dukungan yang kuat dari rakyat
dan kekuatan nasional sehingga masa transisi lebih cepat.

“Transisi memang tidak cukup hanya terjadi di bidang politik. Transisi juga harus memicu perbaikan kesejahteraan. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga agar oligarki lama tidak semakin dominan setelah transisi politik,” ujar penasehat ekonomi PBB, Dr Rizal Ramli dalam pertemuan tingkat tinggi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk para pemimpin Arab Spring di Rabat, Maroko (6/2/2013).

Baca juga: Redenominasi, Kebijakan Minim Manfaat dan Nielsen: 2013, Masyarakat Indonesia Makin Giat Nabung dan Cari Harta

Menurut mantan Menko Perekonomian itu, negara-negara dalam transisi dari sistem otoriter ke demokrasi sering mengalami kurva pertumbuhan J-terbalik. Kurva J-Terbalik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang
anjlok ketika terjadi gejolak sosial-politik. Namun setelah itu ekonomi mulai membaik dengan pertumbuhan lambat di tahap-tahap awal. Biasanya, transisi tersebut dapat berlangsung tiga tahun.

Namun pada beberapa kasus, lanjut dia, ada sejumlah negara yang mengalami transisi sampai 5-10 tahun. Negara-negara yang mengikuti strategi neoliberal akan mengalami masa transisi yang lebih lama, karena prioritas mereka adalah quick-fix. Hal ini disebabkan karena mereka justru memperbesar penetrasi produk dan jasa impor
dengan tambahan utang. Seharusnya, mereka pada pemenuhan kebutuhan rakyat dan ketahanan ekonomi nasional.

“Demokrasi yang tidak diikuti dengan reformasi hukum, hanya akan menguntungkan kelompok elit. Pada gilirannya hal ini justru menghambat kemajuan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat,” ujar tokoh nasional yang dikenal sebagai ikon perubahan tersebut.

Calon presiden alternatif yang di kalangan nahdiyin juga disebut Gus Romli tersebut hadir pada pertemuan tingkat tinggi yang diorganisasi Peserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk para pemimpin Arab Spring. Semula direncanakan pertemuan diselenggarakan pada akhir tahun lalu di Kairo. Tetapi karena demontrasi berdarah terus berlanjut di Mesir dan Syria, pertemuan pun akhirnya dipindahkan ke Rabat, Maroko.

Pertemuan tingkat tinggi itu dimaksudkan untuk membahas modus dan kasus-kasus transisi dari negara otoriter ke demokratis, baik dari segi politik, ekonomi maupun sosial. Sejumlah tokoh penting yang antara lain Sekjen ESCWA Rima Khalaf, Menteri Tunisia Ridha Saidi dan Abou Marzouki, Gubernur Bank Sentral Jordania Ziad Fariz,
serta para pemimpin transisi dari Tunisia, Mesir, Yemen, Syria, South Afrika, Libya, Lebanon dan Bahrain. @ari

Image may be NSFW.
Clik here to view.
alexa
Image may be NSFW.
Clik here to view.
ComScore
Image may be NSFW.
Clik here to view.
Quantcast
Image may be NSFW.
Clik here to view.
Google Analytics NOscript
Image may be NSFW.
Clik here to view.
Image may be NSFW.
Clik here to view.
alexa
Image may be NSFW.
Clik here to view.
ComScore
Image may be NSFW.
Clik here to view.
Quantcast
Image may be NSFW.
Clik here to view.
Google Analytics NOscript

Viewing all articles
Browse latest Browse all 50591

Trending Articles