Quantcast
Channel: lensaindonesia
Viewing all articles
Browse latest Browse all 50591

Gerakan ‘SariWangi 15 Menit Sehari’

$
0
0

LENSAINDONESIA.COM: SariWangi, kemasan teh celup produksi Unilever Indonesia menghadirkan gerakan ‘SariWangi 15 Menit Sehari’ bagi keluarga Indonesia.

Diharapkan dengan waktu singkat itu, anggota keluarga dapat menjalankan kebiasaan bertemu keluarga secara berkualitas dan bermakna.

Baca juga: Teh Lebih Sehat dari Air Putih

Hasil riset mengindikasikan bahwa keluarga Indonesia menjalankan kebiasaan bertemu keluarga belum tentu berkualitas. Riset yang diadakan oleh SariWangi bersama Divisi Riset Kompas Gramedia menyatakan bahwa 65 persen responden memiliki kegiatan rutin bersama keluarga namun hampir seluruhnya (96 persen) merasa membutuhkan waktu bersama yang lebih lama.

Riset ini diadakan pada tahun 2013 menggunakan metode telesurvey dengan tujuan untuk mengetahui pola waktu berkualitas bersama keluarga Indonesia di tengah padatnya aktivitas sehari-hari. Responden terdiri dari 200 ibu di tiga kota besar di Indonesia.

“Melalui gerakan SariWangi 15 Menit Sehari, kami mengajak keluarga Indonesia untuk menjadikan kebersamaan keluarga sebagai rutinitas yang lebih bermakna,” ujar Melinda Savitri selaku Brand Manager SariWangi PT. Unilever Indonesia kepada LICOM di Kembang Goela, Jakarta, kemarin.

Untuk mensosialisasi gerakan ini, SariWangi menjalin kerjasama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

“Gerakan SariWangi 15 Menit Sehari memilki misi yang sejalan dengan kami, yaitu pentingnya membangun kualitas keluarga. Dikarenakan keluarga merupakan kehidupan sosial terkecil dari masyarakat, keharmonisan keluarga dapat memengaruhi kesejahteraan bangsa,” tambah Pelaksana Tugas Kepala BKKBN, Dr. Soedibyo Alimoeso, MA.

Sementara itu, psikolog keluarga Anna Surti Ariani, Psi menjelaskan mempunyai kegiatan berkumpul secara rutin adalah hal yang wajib dipertahankan. Namun, tidak adanya kualitas kebersamaan di keluarga bisa menjadi awal dari kurang mengenalnya antar anggota keluarga dan juga tanda-tanda hadirnya budaya bisu. Budaya ini akan mengakibatkan suasana dingin yang terkadang dianggap normal meskipun sebenarnya masalah terpendam.

“Setiap keluarga memiliki kebiasaan untuk bertemu dan saling bercerita yang sesuai dengan situasi dan kegemaran masing-masing anggotanya. Kebiasaan yang tidak semestinya dipaksakan ini membangun kedekatan emosional sehingga menjadi kebersamaan asli yang bermakna bagi ayah-ibu-anak dan berbuah suasana harmonis serta menghindari perselisihan dan kesalahpahaman antar anggota keluarga,” ungkap Anna.

Permasalahan yang timbul di dalam keluarga dapat menganggu aktivitas sehari-hari. Mulai dari beban pikiran yang mengakibatkan mudah lelah, penurunan performa di kantor/sekolah, kesulitan bersosialisasi sampai pengekspresian diri dengan cara yang salah. Bila dibiarkan berlarut, maka dapat menjadi cikal bakal pertikaian besar di antara anggota keluarga yang mungkin terjadi kapan saja.

Untuk membantu mencegah permasalahan keluarga, kebersamaan yang asli perlu diterapkan dengan memaknai kebiasaan berkomunikasi yang sudah dimiliki keluarga Indonesia. Dalam memberi makna kebersamaan keluarga, kehadiran fisik dibutuhkan untuk saling berbagi cerita. Syarat tersebut diperlukan karena sentuhan, gerak tubuh, aroma dan suasana saat komunikasi berlangsung sama pentingnya dengan kata-kata.

“Apapun kegiatannya, masing-masing anggota keluarga bisa memaknai kebiasaan unik yang memang sudah rutin dilakukan menjadi kebersamaan yang asli. Kebiasaan mengantar anak sekolah sembari pergi bekerja jika dimaknai dengan saling bercerita, bisa menjadi proses yang saling mendekatkan,” tutur Anna.@rudi

 

alexa ComScore Quantcast Google Analytics NOscript alexa ComScore Quantcast Google Analytics NOscript

Viewing all articles
Browse latest Browse all 50591

Trending Articles