
LENSAINDONESIA.COM: Dialog publik yang digelar Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah IV Malang, Kamis (18/4/2013) tidak ubahnya seperti ujian tesis atau disertasi. Sebab, pasangan calon walikota (Cawali) Malang yang diundang dalam dialog tersebut dicerca pertanyaan terkait dengan program dan pemanfaatan APBD.
Bahakan, Cawali dari Partai Demokrat, Agus Dono Wibawanto saat mengawali orasinya sebagai pengantar dalam dialog itu secara terang-terangan bila merasa diuji dalam dialog publik itu.
Baca juga: Debat kandidat Pilwali Malang ditarif, Mujais absen dan Caleg perempuan lampaui target, PKS Malang awali pendaftaran
“Ini saya merasakan seperti menghadapi ujian tesis atau disertasi,” katanya.
Perasaan Agus Dono yang kini masih merupakan anggota DPRD Jatim itu tentu saja dirasakan empat pasangan Cawali lainnya yang diundang dalam dialog publik tersebut.
Mereka dicerca pertanyaan oleh para pakar dari APTISI itu secara bergantian.
Pada sesi pertama, pasangan Heri Puji Utama-Sofyan Edi Jarwoko (DaDi). Setelah itu pasangan Anton-Sutiaji (AJI). Lantas yang terakhir adalah pasangan Agus Dono Wibawanto-Arief HS. Sedangkan sehari sebelumnya hanya dua pasangan yaitu Sri Rahayu-Priatmoko, dan Dwi Cahyono-Nur Uddin.
Pasangan Ra-Ja alias Mujais-Yunar tidak hadir karena menolak setelah dimintai donasi Rp 19 juta.
Makanya, dalam dialog publik yang dilaksanakan di kampus Widyagama Malang selama dua hari itu hanya dihadiri lima pasangan Cawali.
Dari seluruh pasangan itu justru hanya fokus membahas APBD Kota Malang yang besarannya mencapai Rp 1,5 triliun.
Mereka seolah terjebak dengan persoalan pemanfaatan APBD dan mengais pendapatan untuk meningkatkan APBD. Ide yang cukup menarik perhatian dalam dialog itu dilontarkan Cawali Heri Puji Utami. Dia menjelaskan bahwa APBD yang ada harus dimanfaatkan secara efektif dan hemat.
Untuk itu, dia berjanji tidak akan melakukan pengadaan mobil operasional. “Kita akan sewa kendaraan saja untuk operasional. Sebab, lebih hemat karena tidak perlu ada perawatan,” terang Cawali yang akrab disapa Bunda ini.
Sementara Cawali lainnya juga menjanjikan pemanfaatan APBD dengan taktis demi peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Malang. Mereka pun menjanjikan pendidikan gratis, kesehatan gratis, dan insentif-insentif lain buat RT dan RW.
Di sisi lain, Panitia penyelenggara Dialog Publik dari APTISI ini merasa kebakaran jenggot dengan tudingan melakukan pemungutan pada Cawali peserta dialog publik itu. Makanya, APTISI membeberkan kronologi dan teknik pelaksanaan dari dialog publik pasangan calon walikota (Cawali) Malang itu.
Sekretaris APTISI, Sony Laksono menjelaskan bahwa dialog ini digelar untuk mencari pemimpin yang amanah. “Kita tentunya tidak mau beli kucing dalam karung. Kita aingin pemimpin yang amanah. Kita tidak cari keuntungan bisinis di sini,” jelasnya.
Mengenai teknis pelaksanaannya, kata dia, diserahkan pada pnitia. Makanya, dia meminta agar Ketua Panitia Dialog Publik, Zulkarnain menjelaskan secara detail mengenai mekanisme dan pendanaan dari kegiatan dialog publik bersama Cawali itu.
Menurut Zulkarnain, panitia tidak mematok pungutan pada Cawali. “Kami tidak minta, kami hanya mengajukan proposal yang isinya memang ada rincian biaya kegiatan. Tapi, kalau ada calon yang mau memberi sebagai ucapan terima kasih kami tidak menolak. Dan yang jelas, memamng ada yang janji setelah acara meski terus terang kami tidak minta,” katanya.@aji dewa roisky
%7Cutmcsr%3D(direct)%7Cutmcmd%3D(none)%3B%2B__utmv%3D32099240.46ce84ac04bf90b04b3f22fa0654e992%3B)

%7Cutmcsr%3D(direct)%7Cutmcmd%3D(none)%3B%2B__utmv%3D20941787.46ce84ac04bf90b04b3f22fa0654e992%3B)