Dilihat dari belum bergesernya angka kemiskinan di Indonesia yang masih mencapai 32,5%. Bahkan jika memakai indikator PBB jumlah rakyat miskin di Indonesia mencapai krg lbh 100 juta orang 45%.
Melihat hal ini, Ketua umum Serikat Kerakyatan Indonesia (Ketum SAKTI) Standarkia Latief, mengatakan secara umum kinerja Pemerintah (Kabinet Indonesia Bersatu II) masih jauh dari nilai harapan rakyat.
“Kalau dilihat secara khusu. Watak pemerintahan semakin memperlihatkan perilaku perilaku ‘brutal’ dalam memperkaya diri elit-elit politiknya. Dari pusat sampai ke daerah di sel Indonesia, hal ini ditunjukkan denga meningkatnya jumlah tersangka korupsi yang melibatkan elit-elit politik dari parpol yang berada dalam system kekuasaan,” kata Kiaa kepada LICOM, saat dihubungi , Sabtu (29/12/12).
Kondisi ini menempatkan Indonesia masuk dalam daftar 20 besar negara terkorup, dengan berada diperingkat 148 dari 176 negara di dunia.
Kiaa juga menambahkan, lebih dari itu, kepemimpinan negara tidak memiliki karakter. Sehingga lemah dalam menyikapi pelecehan harga diri bangsa oleh pihak asing. Sebagamaina sudah sering Indonesia dihina oleh Malaysia dalam beberapa kasus TKI dan lainnya.
Dalam hal strategi pemb.ekonomi tidak lebih baik dengan pola yg dijalankan Orde Baru yaitu strategi yang trickle up effect (merembes ke atas) yakni pola pembagian yang lebih menguntungkan masyarakat kelas atas bersama elit-elit kekuasan dalam birokrasi.
“Seharusnya Indonesia menjalankan konsep pemberataan ekonomi yang berpola trickle down effect (merembes ke bawah) sehingga hasilnya adalah pemerataan kesejahteraan rakyat,”pungkasnya. @aguslensa