Quantcast
Viewing all articles
Browse latest Browse all 50591

Harga cabe meroket akibat kebijakan pemerintah tidak pro petani

Image may be NSFW.
Clik here to view.

LENSAINDONESIA.COM: Ketua Bidang Penggalangan Tani Dewan Pimpinan Nasional Relawan Perjuangan Demokrasi (DPN-REPDEM) Sidik Suhada menilai, kenaikan harga Cabe, bukan karena cuaca, tetapi akibat ketidak mampuan Pemerintah dalam membuat kebijakan yang pro terhadap petani.

“Baru saja harga bawang turun meski belum normal, kini giliran cabai merah berangsur-angsur merangkak naik,” katanya kepada LICOM, Sabtu (23/03/2013).

Baca juga: Tanda Tangan Pernyataan Sikap, Pemkot Kediri Tolak Harga BBM Naik dan Tolak Kenaikan BBM, Massa PDIP dan Repdem Merahkan Kota Kediri

Menurut Sidik, meski kenaikanya belum segila harga bawang putih beberapa pekan lalu, namun rata-rata harga cabai di pasaran terus merangkak naik antara Rp 3 ribu hingga Rp 4 ribu setiap harinya.

Bahkan di beberapa daerah, harga cabe sudah naik hingga 100 persen. Ini tentu sangat mengkawatirkan.

Beberapa hari lalu harga cabai masih Rp 20 ribu per kilogram (kg), hari ini sudah Rp 40 ribu per kilogramnya. Saat ini cabe rawit dijual seharga Rp 40 ribu sampai Rp 55 ribu per kilogram.

Sedang harga cabe hijau masih stabil di kisaran harga Rp 16 ribu per kilogram. Selain cabe, harga tomat juga naik dari Rp 5 ribu menjadi Rp 9 ribu tiap kilogramnya di pasaran.

“Ya kalau kita lihat fluktuasi harga bahan pangan dan hortikultura yang tidak setabil ini, tentu sangat mengkawatirkan. Ini juga sekaligus menunjukan ketidak mampuan pemerintah dalam mengatur stabilitas harga bahan pangan dalam negeri,” ujarnya.

Menurutnya kerap kali, ketika harga cabe atau bahan-bahan pangan di pasaran, pemerintah hanya bisa menyalahkan cuaca. Lebih parahnya lagi, pemerintah juga sering hanya menyalahkan petani. Namun, tidak meng-oto kritik kebijakan yg telah dibuatnya.

“Cuaca memang dapat mempengaruhi produktifitas hasil pertanian. Namun, jika pemerintah cerdas tentu bisa mengantisipasinya. Selama ini petani seperti hidup di sebuah negara yg tanpa pemimpin dan tanpa pemerintah,” tegasnya.

Akibatnya, cara produksi pertanian yg dilakukan oleh petani masih tradisional. “Seharusnya pemerintah punya kebijakan yang dapat mendorong modernitas produksi pertanian kita. Penyuluhan dan pelatihan-pelatihan terhadap petani harus digencarkan. Balai-balai penelitian pertanian, balai penyuluhan, green house, dan berbagai infrastruktur pendukung seperti irigrasi dan lain-lain diutamakan,” jelas Sidik.

Lebih lanjut dia mengatakan, hal ini agar para petani tidak lagi bergantung pada persoalan cuaca. Sistem distribusi hasil produksi pertanian juga harus diperhatikan secara serius.

“Jadi selama ini pemerintah seperti tidak berdaya dalam menghadapi mafia perdagangan. Sehingga stabilitas harga kebutuhan pangan menjadi sangat mudah diguncang dan dimainkan oleh para mafia perdagangan yang berkolaborasi dengan para birokasi rente,” ungkapnya.

Selain itu, pemerintah sebaiknya juga segera melaksanakan pembaruan agraria. Salah satu tujuan dari pembaruan agraria, bukan hanya sedakar distrubusi tanah ke petani agar tercapai keadilan dan kesejahteran sosial sebagaimana amanat sila kelima pancasila tercapai. Selain itu, melalui pembaruan agraria diharapkan juga ada pemerataan pembangunan hingga ke pelosok-pelosok desa.

Karena, setelah para petani memiliki tanah, geliat usaha pertanian di pedesaan pun bisa dibangkitkan kembali. Perputaran ekonomi meningkat di pedesaan dan kesejahteraan masyarakat desa pun dapat terwujud.

Dengan begitu, maka pemerintah tidak perlu lagi impor bahan-bahan pangan. Karena kebutuhan stok dalam negeri bisa tercukupi dari hasil produksi petani kita sendiri.

Dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS), selama Januari 2013 Indonesia mengimpor bawang merah dengan jumlah 2.755 ton atau senilai US$ 1,4 juta atau Rp 13,3 miliar dalam sebulan.

Sementara selama 2012 (Januari-Desember) lalu, impor bawang merah yang dilakukan Indonesia mencapai 96 ribu ton atau senilai US$ 42 juta atau Rp 399 miliar. Ini tentu sangat keterlaluan, sebagai sebuah negara agraris seharusnya indonesia bisa surplus bahan pangan, bukan malah kekurangan dan akhirnya impor.@aguslensa

Image may be NSFW.
Clik here to view.
alexa
Image may be NSFW.
Clik here to view.
ComScore
Image may be NSFW.
Clik here to view.
Quantcast
Image may be NSFW.
Clik here to view.
Google Analytics NOscript
Image may be NSFW.
Clik here to view.
Image may be NSFW.
Clik here to view.
alexa
Image may be NSFW.
Clik here to view.
ComScore
Image may be NSFW.
Clik here to view.
Quantcast
Image may be NSFW.
Clik here to view.
Google Analytics NOscript

Viewing all articles
Browse latest Browse all 50591

Trending Articles