Keluarga Korban Pembunuhan Mengamuk di Pengadilan

LENSAINDONESIA.COM: Keluarga Muhammad Baihaqi, mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya yang menjadi korban pembunuhan mengamuk di Pengadilanm Negeri (PN) Surabaya.

Emosi sepontan keluarga korban itu terjadi lantaran tidak puas dengan kaksa yang hanya menuntut terdakwa, Margasani Pratama beserta kekasihnya Riska Artika Ningrum selama 20 tahun penjara dan Ainur Rofik 16 tahun penjara.

Baca juga: Sidang Lanjutan Pembunuhan Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Mencekam

Keluarga korban menginginkan tiga terdakwa dihukum mati. “Kejam, Harus dihukum mati mereka. Kebenaran dan keadilan jangan bisa dibeli. Uang mereka haram pak hakim,” ujar seorang pria yang mengaku ayah korban, Selasa (19/3/2013).

Desakan agar terdakwa dihukum berat juga dilakukan keluarga Baihaqi dengan menggelar aksi unjuk rasa di depan PN Surabaya.

Di dalam ruang sidang, jaksa Wayan Yudhistira dalam tuntutanya menyatakan dua terdakwa yakni Margasani Pratama dan Riska Artika Ningrum terbukti secara sah dan meyakinkan terbukti melakukan tindak kejahatan pembunuhan secara berencana terhadap korban Baihaqi.

Kedua terdakwa terbukti bersalah melanggar pasal 340 KUHP. Menuntut agar keduanya dijatuhi pidana selama 20 tahun penjara. Sedangkan Ainur Rofik dituntut dengan penjara selama 16 tahun. Tuntutan terhadap Rofik lebih ringan karena dianggap telah memberikan bantuan, baik sarana maupun prasarana terhadap terdakwa yang lain.

Diberitakan sebelumnya, pembunuhan mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya terjadi pada Agustus 2012 lalu. Saat itu, usai adzan maghrib, Rieska menghampiri korban dengan alasan akan mengajaknya ke Wiyung, Surabaya.

Namun, niat Rieska ternyata berbeda. Ia justru membawa Baihaqi ke sebuah pabrik di kawasan Balas Klumprik kemudian dihabisi oleh Ainur Rofiq, kekasihnya yang dibantu rekannya, Margasani.

Disinyalir kasus ini didahului dengan persoalan cinta segitiga. Lantaran sebelumnya, Rieska diketahui kerap meminta korban untuk mengantar dan menjemput dirinya setiap hendak bepergian.@ian_lensa