LENSAINDONESIA.COM: Jembatan penghubung antar Desa di Kecamatan Malo, Kabupeten Bojonegoro ambrol, Sabtu (29/12/2012). Warga memperkirakan, ambruknya dijembatan akibat derasnya arus air sungai yang tiba-tiba meningkat setelah hujan lebat.
Tidak berfunginya yang melintang di sungai anak Bengawan Solo ini, membuat sedikitnya 4 desa menjadi terisolir. Empat desa itu diantaranya Desa Malo, Desa Rendeng, Desa Ngujung dan Desa Nglitek, Kecamatan Malo.
“Pondasi jembatan tidak mampu menahan derasnya air sungai setelah hujan lebat. Airnya naik dan arusnya deras sehingga jembatan ini langsung ambrol,” ujar Syahroni Warga Desa Sekitar, Sabtu (29/12/2012).
Menurut dia, jembatan Molo yang dibangun tahun 1993 ini memang sudah terlihat retak sejak tahun 2010 yang lalu. Setelah terkena hujan beberapa kali kemudian kondisinya semakin parah, dan terlihat miring sejak hari Senin (24/12) lalu.
“Bahkan warga sudah berusaha untuk menyangga dengan bambu agar jembatan tidak ambruk, tapi karena diterjang air itu akhirnya ambruk,” ungkapnya.
Syahroni mengaku, jika warga sekitar sudah melaporkan kondisi jembatan yang kini sudah ambruk itu sejak 2011 lalu untuk dilakukan renovasi. Namun hingga jembatan ini ambruk tidak pernah ada renovasi yang di lakukan. Tidak hanya jembatan, tanggul di sekitar sungai yang bersebelahan dengan sungai bengawan solo ini juga longsor.
Sementara, Kepala BPBD Pemkab Bojonegoro, Kasianto mengaku sudah mendapat laporan dari pihak Kecamatan dengan ambruknya jembatan utama penghubung empat desa di Kecamatan Malo itu. Kini pihaknya sudah melakukan peninjauan di lapangan.@hidayat