
NOVEL religious atau berlatarbelakang santri belum lama menyeruak dalam dunia sastra kita, meskipun kehidupan santri tidaklah bisa dibilang baru. Dalam wacana ilmu sosial telah lama mengkaji masyarakat santri, tunjuklah C Gertz yang mendefiniskan masyarakat Jawa ke dalam tiga kelompok; Santri, Priyayi dan Abangan.
Kajian Gertz ini selanjutnya banyak ditolak banyak kalangan ilmuwan sosial Indonesia. Definisi seperti tersebut dianggapnya sudah kuno dan tak relevan lagi. Dalam pemahaman lama, Santri seringkali dipersepsikan ‘udik’, ndeso, pinggiran, jauh dari derap kemajuan zaman.
Baca juga: "SIXTH CHATHA" Novel Thriller Sheny Andrea dan Tuhan di Bawah Kedua Telapak Kakiku
KH Sholahuddin Wahid pengasuh pesantren Tebuireng Jombang (Cucu pendiri NU KH Hasyim Asy’ari) mengatakan, Santri hari ini tidak bisa dipersepsikan masyarakat pinggiran, dan budayanya sekarang telah masuk dalam mainstream budaya nasional. Novel atau film
santri sekarang sudah digemari masyarakat, masuk sebagai best seller atau box office.
Kaum santri juga telah mengalami mobilitas vertical yang cukup deras dalam struktur masyarakat Indonesia. Santri yang di pinggiran pelan-pelan menuju ke tengah dalam pusat struktur sosial.
Novel Santri Kalong karya aktivis pergerakan M Shoim Haris ini hendak merekam sebuah fenomena sosial yang melingkupi dunia santri. Shoim hendak mengatakan bahwa Santri di republik ini mempunyai kontribusi bagi setiap perubahan bangsa dan umat di
nusantara. Novel Santri kalong merupakan buku kedua dari serial Santri dan Perubahan, sebagaimana tercantum title dibawah ini:
Judul Buku : Santri Kalong
Penulis. : M Shoim Haris
Penerbit : Choris House Publising / Cupid Media
Cetakan : 1, Oktober, 2012
Halaman : 316
Buku pertama, Gadis Penghafal Ayat yang telah terbit di pertengahan tahun 2012. Dalam buku pertama, Gadis Penghafal Ayat, memotret suasana kebatinan bangsa Indonesia menjelang kejatuhan Orde Baru. Seorang gadis penghafal Al-Qur’an yang diinspirasi nukilan sebuah kitab kuning ‘al-Hikam’ berbunyi ‘ wushuluka ilallah
wushuluka ilal ilmi’ (sampaimu pada Allah adalah sampaimu pada ilmu). Nukilan itu menghentakkan pikirannya untuk bersemangat mengejar ilmu pengetahuan di manapun berada.
Perkenalannya dengan seorang wartawan, Anto telah menghantarkannya menjadi seorang aktivis pergerakan 98 yang akhirnya menumbangkan Orde Baru. Novel pertama berakhir
saat Lai mengetahui Presiden Suharto lengser dan digantikan Wakil Presiden Habibie. Lai sujud syukur di dalam ruangan asing tempatnya diisolasi (diculik).
Kalau dalam novel Gadis penghafal Ayat penuturnya adalah Lai gadis penghafal ayat, sedangkan dalam Santri Kalong penuturnya adalah Anto wartawan yang dicintai Lai. Anto adalah anak dari keluarga miskin yang bercita-cita menjadi santri tulen, dengan bermukim di pondok pesantren. Karena kemiskinan keluarganya ia hanya mampu menjadi santri kalong (santri yang tak menginap di pesantren).
Karena persahabatannya dengan santri mukim bernama Rohman, ia terus memupuk asa memperjuangkan kehidupan yang perih. Dengan bekal kesungguhan dan kecerdasannya ia bisa melalui kesulitan dan lulus di sebuah perguruan tinggi, dan menghantarkannya menjadi wartawan. Pergaulannya dengan dosen kritis membuatnya sadar tentang keadaan negerinya.
Ia mulai menggeluti persoalan kemasyarakatan dan pergerakan. Dunia yang akhirnya menjebloskannya berhadapan dengan aparat yang kejam saat itu. Anto menjalani penculikan seperti yang dialami Lai perempuan yang dicintainya.
Novel berlatar santri ini berbeda dengan novel religi yang sekarang bertebaran di toko buku. Shoim yang seorang aktivis pergerakan hendak menyampaikan sebuah perjalan bangsa Indonesia melalui era reformasi. Novel ini menjadi berbeda dan unik karena bukan hanya sebuah cerita yang dibalut plot yang menarik tetapi kaya dengan
perdebatan seputar wacana keagamaan, sosial, filsafat dan pergerakan. Agaknya shoim sedang merintis genre baru dalam penulisan novel di Indonesia yang mengkonsentrasikan penulisan sastra pemikiran dan pergerakan.
Novel ini mendapatkan respon yang positif dari banyak kalangan, sebagai novel yang memperkaya kazanah pemikiran dan pergerakan di Indonesia. Tentu novel seperti ini akan bernilai bagi generasi sekarang yang tidak mengalami era 98 ataupun sebagai
informasi bagi generasi mendatang. Shoim tidak hanya memotret persitiwa dalam sebuah perubahan tetapi juga berusaha menggali pergulatan pemikiran yang melatarbelakangi sebuah perubahan negeri ini. @yuanto
%7Cutmcsr%3D(direct)%7Cutmcmd%3D(none)%3B%2B__utmv%3D24128605.ba8884db89d18a2aac7c3e895773f4b3%3B)

%7Cutmcsr%3D(direct)%7Cutmcmd%3D(none)%3B%2B__utmv%3D86767167.ba8884db89d18a2aac7c3e895773f4b3%3B)