Quantcast
Channel: lensaindonesia
Viewing all articles
Browse latest Browse all 50591

Pemerintah Kabupaten Blora Minta Tak Ada Lagi Impor Daging Sapi Jika Tak Ingin Rugi

$
0
0

LENSAINDONESIA.COM: Pemerintah Kabupaten Blora menyatakan agar pemerintah pusat tidak kembali mengeluarkan kebijakan terkait impor daging sapi. Pasalnya, para peternak akan merugi menyusul harga jual daging sapi akan rendah

Hal itu diungkapkan Suharno, Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Perikanan Peternakan dan Perkebunan (Dispertanbunakinkan) Kabupaten Blora kepada Licom, melalui saluran telphone, Rabu (6/1/2013).

Baca juga: Hebat! Kota Tegal akan Adopsi Pola Pengajaran ITE Singapura dan Siswa SMK Tewas Dianiaya Teman Sekelasnya

Suharno mencontohkan, populasi sapi yang tersebar di Kabupaten Blora merupakan sentra sapi dan Blora dikenal sebagai pemasok daging sapi yang tersebar wilayah Nasional. “Untuk kebutuhan daging sapi tingkat lokal, pemerintah tidak perlu impor. Karena populasi jumlah mampu mengcover kebutuhan daging di Jateng,” ucapnya.

Di Kabupaten Blora, tambahnya, ada sekitar 270 ribu populasi ekor sapi jenis limousin yang menduduki tingkat pertama se-Jawa Tengah, sebagai sentra produsen peternak sapi skala kedua tingkat Nasional menyusul sapi Madura.

“Sehingga dengan populasi itu, dapat dikalkulasikan selama tempo setahun sampai satu setengah tahun, peternak dapat memanen meraup dengan harga senilai Rp 7-8 juta/ekor. Dan stock daging sapi sangat cukup dengan harga Rp. 70-80 ribu/kg daging sapi,“ tambahnya.

Dirinya saat ini tengah konsentrasi terhadap pendampingan para peternak sapi, sehingga mampu menjaga kelestarian dan stock sapi bisa melimpah. “Asalkan peternak perlu menjaga kelestarian, serta mengintegrasikan dengan petani setempat,” ucapnya.

Jenis sapi Limousin di wilayah Blora, tambahnya, termasuk dalam Klan Bos Turus. Dengan kemampuannya mencapai berat hingga 12 kuintal, dengan Rata-rata harga daging sapi per ekor sapi Rp. 7-8 juta“ terangnya.

Jika Pemerintah pusat mengimpor daging sapi untuk kebutuhan lokal maka harus disesuaikan dengan ketersediaan stock sapi di daerah. “Kecuali import untuk industri,“ tambahnya lagi.

Meski demikian, Suharno menceritakan bahwa krisis daging sapi juga pernah dialami di Kabupaten Blora pada tahun 2010-2011. Hal itu menyusul adanya regulasi Pemerintah pusat yang mengimpor daging sapi untuk kebutuhan lokal yang tidak sebanding dengan kebutuhan didaerah. Akibatnya harga daging sapi di pasaran lokal anjlok, bahkan peternak merugi.

“Akibat pasaran daging sapi impor, peternak akhirnya menjual dengan harga murah. Ketika adanya kelangkaan stok daging lokal, harga impor mulai naik merangkak menjadi Rp 35 ribu. Itu pernah dialami di wilayah Blora. Untuk itu, kami berharap agar pemerintah pusat tidak mengimpor daging sapi luar. Karena jelas petani akan bersaing harga impor,” beber dia.@nur

alexa ComScore Quantcast Google Analytics NOscript alexa ComScore Quantcast Google Analytics NOscript

Viewing all articles
Browse latest Browse all 50591

Trending Articles