LENSAINDONESIA.COM: Persediaan sejumlah kebutuhan konsumsi di Pacitan minim. Diantaranya, komoditas daging, telur ayam, sayuran, dan buah-buahan.
Tak urung, kondisi tersebut berdampak pada tingginya harga makanan matang di kota 1001 goa ini. “Jumlah persediaan di sini (Pacitan, red) lebih rendah daripada kebutuhan,” kata Kepala Kantor Ketahanan Pangan (KKP) setempat, M. Yunus.
Stok daging sapi dan ayam kurang 782 ton sejak Januari – November 2012. Sebab, jumlah stoknya hanya 845 ton sementara kebutuhannya mencapai 1.627 ton. Yang lebih parah lagi kekurangan telur ayam sebanyak 2.281 ton. Ini karena, jumlah persediannya hanya 147 ton dan tingkat kebutuhannya sebanyak 2.433 ton.
Kondisi serupa juga terjadi pada komoditas sayuran. Jumlah stoknya hanya 26.991 ton dan kebutuhannya 42.299 ton. Ini berarti minus 15.308 ton. Tidak itu saja, kekurangan buah-buahan sebanyak 8.452 ton. “Stoknya nol. Karena Pacitan bukan daerah penghasil buah-buahan,” imbuhnya.
Dengan kondisi itu, para pelaku usaha perdagangan mendatangkan komoditas kebutuhan konsumsi itu dari luar kota. Seperti dari Ponorogo, Magetan, Trenggalek dan Wonogiri (Jateng). Dengan begitu, harga komoditas tersebut saat tiba di Pacitan lebih mahal. Sebab, pihak distributor juga menghitung biaya transportasinya.
Meski begitu, lanjut Yunus, ada beberapa komoditas yang jumlahnya surplus. Yaitu, beras yang jumlahnya 98.276 ton dan lebih banyak 32.548 dibandingkan 65.728 ton kebutuhannya. Demikian hal-nya dengan jagung yang surplus 119.330 ton dari jumlah persediaan 121.195 ton dan tingkat konsumsi 1.850 ton.
Ditambahkannya, upaya mempertahankan surplus komoditas bahan pangan terus dijalankan. Salah satunya, dengan menggenjot program kawasan rumah pangan lestasi (KRPL). Bahkan, di tahun 2013 nanti akan dikembangkan di 12 kecamatan. “12 desa di kecamatan yang ada akan menjadi percontohan daerah,” tandasnya.@rachma