Terkait deklarasi penutupan lokalisasi Bangunsari yang dilakukan oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini pada Jum’at (21/12) tahun lalu, hingga saat ini terbukti tidak memberikan hasil yang baik. Buktinya, denyut nadi lembah hitam yang terdiri dari wisma–wisma dan sejumlah cafe masih menyediakan para PSK dan masih melayani lelaki hidung belang.
Jika diamati, mulai sore hari banyak PSK yang nongkrong sembari menanti para lelaki hidung belang. Sebanyak 6 wisma di Jl Rembang, 3 Wisma di Bangunsari dan beberapa wisma lainnya. Sedikitnya ada sekitar 100 PSK yang melancarkan profesinya.
Dari rasan-rasan warga sekitar, terdengar kabar di kawasan lokalisasi Bangunsari masih banyak PSK yang belum menerima dana tali asih biaya pengentasan yang dijanjikan Pemkot Surabaya sebesar Rp 3 juta/PSK. “Oleh karena itu, untuk menyambung hidup kami harus mencari tamu,” ungkap Nn (36) PSK setempat.
Pantauan LICOM, beberapa hari sebelum malam tahun baru hingga awal tahun baru 2013 ini, jajaran polisi KP3 (Polres Pelabuhan Tanjung Perak) dan Pol PP Krembangan melakukan razia terhadap pasangan mesum di beberapa losmen sekitar lokalisasi Bangunrejo. Meskipun informasi razia ini sempat bocor, namun hingga hari ini polisi berhasil menggaruk beberapa pasangan mesum.
Sedikitnya ada 38 orang pezina berhasil dicuduk. Mereka yang melakukan asusila ditangkap di beberapa penginapan. Antara lain penginapan Lestari, Srikandi, Dewaruci. Semua pasangan yang tertangkap, diamankan ke Polres Pelabuhan Tanjung Perak dan didata serta diberikan pembinaan agar tidak mengulangi perbuatannya lagi.
Namun hingga sekarang, warga sekitar masih mengeluhkan banyaknya PSK yang mangkal kawasan tersebut. Bahkan tidak jarang ada pasangan kumpul kebo yang check in di Losmen sekitar Lokalisasi Bangunsari.
Hingga seminggu ini, Satpol PP Kecamatan Krembangan dibantu aparat Kepolisian dari Polsek Krembangan masih berencana melakukan razia di seluruh wisma dan Losmen esek–esek yang berada di kawasan Pelabuhan Perak itu.
Sementara Kapolsek Krembangan, AKP Dodon Priambodo mengatakan untuk sementara polisi tidak menahan dan hanya melakukan pembinaan terhadap tamu wisma atau losmen yang terjaring petugas. “Untuk mucikari kita akan dalami dan data kembali,” ungkap mantan Kapolsek Sedati ini.
Sementara itu, M Arif’an ketua FKPM Kelurahan Dupak menjelaskan, tidak hanya wisma saja yang harus ditutup tetapi juga losmen esek–esek dan cafe–cafe yang menyediakan wanita penghibur. “Hal ini juga menyebabkan praktek prostitusi kembali menjamur,” tegasnya.@pras