
LENSAINDONESIA.COM: Direktur Investigasi dan Advokasi FITRA, Uchok Sky Khadafi menilai, penghargaan bukan untuk rakyat dan bangsa, jelas untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sendiri.
“Saya menyatakan penghargaan ini hanya kertas. Masalah pluralisme dan toleransi dalam pemerintahan SBY tidak ada karena banyak pembiaran yang dlakukan aparat atas konflik agama. Apalagi, yang melakukan tidak ditangkap dan tidak setimpal,” ujar Uchok saat kepada LIOM, di Jakarta, Sabtu (01/06/2013)
Baca juga: Lintasan ’66 minta kebijakan Pemerintah SBY kembali ke Pancasila dan SBY terima award? La Ode: Biarkan SBY nikmati akhir periode kepemimpinan
Lebih lanjut, Uchok mengatakan, pemberian gelar kepada SBY hanya untuk menaikkan citranya di luar negeri untuk jadi Sekjen PBB, tetapi ini bukan untuk bangsa. Dan, ini tidak akan berpengruh citra SBY di masyarakat.
“Sepakat memang bahwa penerimaan ini tidak akan ditanggapi aktifis plurasime sebagai hal yang baik. Lebih baik membenahi dahulu, dan itu saja dibenahi. Penghargaan itu, msyarakat tidak akan menerima SBY sebagai sosok pluralisme. SBY tidak bisa disamakan dengan Gus Dur,” tandas Uchok.
Namun, ia menjelaskan, bahwa pemikiran SBY dengan Gusdur soal pluralis seperti bumi dan langit.
Seperti diketahui, pemberian penghargaan toleransi bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) karena telah berjasa dalam kemajuan toleransi dinilai hanya untuk sensasi pribadi SBY, dan kepentingan Organisasi Appeal of Conscience Foundation semata.
Hal itu disampaikan Human Rights Working Group (HRWG), sebuah organisasi koalisi NGO HAM di Indonesia yang beranggota 47 lembaga dalam keterangan persnya menolak award untuk SBY.@endang
%7Cutmcsr%3D(direct)%7Cutmcmd%3D(none)%3B%2B__utmv%3D92620465.960f5f6cd681b800b40d700355f7a04f%3B)

%7Cutmcsr%3D(direct)%7Cutmcmd%3D(none)%3B%2B__utmv%3D92740312.960f5f6cd681b800b40d700355f7a04f%3B)