LENSAINDONESIA.COM: Demokrasi di Indonesia nampaknya belum sepenuhnya dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat. Pengamat politik, Adhie M Massardi, meyakini hal ini setelah melihat sistem politik Indonesia masih misterius dan mudah dimanipulasi.
“Politik di Indonesia penuh misteri, maka mudah di manipulasi seperti paranormal. Bahkan, fakta di lapangan mudah berubah,” ujar Adhie dalam diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (15/05/2013).
Baca juga: Gakkumdu anggarannya besar, harus sesuai tugas pengawasan pemilu dan Banyak anggota DPR 'nyaleg' lagi, kinerja jangan terganggu, Bro!
Bahkan, lanjut Adhie, pihak penyelenggara pemilu sudah tidak lagi menjalankan diamanahkan dalam Undang-Undang. Ia melihat dari tindak penyelenggara pemilu yang sudah tidak jujur.
“KPU sekarang ini tidak jujur. Institusi penyelenggaranya juga korup semua. Apalagi, anggaran yang Rp 16 miliar turun sudah dipastikan akan dikorupsi,” tegasnya, mengajak masyarakat mewaspadai dana KPU.
Ia menilai, demokrasi di Indonesia terlampau cepat untuk bergeser. Terlebih, ia mengatakan pada pemilu 2004 lalu muncul politik pencitraan, politik yang memerlukan uang yang tidak sedikit.
“Pada 2004, muncul SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dengan politik pencitraan. Politik pencitraan ini sangat mahal. Makanya akan banyak menimbulkan korupsi,” ujarnya.
Terlebih, Adhie mengatakan, mahalnya politik pencitraan mengakibatkan tindakan-tindakan manipulasi. “Nah, waktu pemilu 2004 politik kita perlu dana yang begitu banyak,” bebernya.
Meski demikian, seiring perkembangannya, sistem politik seperti ini sudah tidak dapat dipergunakan lagi dalam menentukan menjadi pemenang pemilu. Pasalnya, pemilih akan melihat terlebih dahulu rekam jejak dari partai tersebut.
“Sekarang politik ini sudah tidak akan berlaku, karena pemilih sekarang sudah lebih cerdas,” pungkasnya. @yuanto
%7Cutmcsr%3D(direct)%7Cutmcmd%3D(none)%3B%2B__utmv%3D33524913.ea99f9707873e4879f02dcf688be4e6e%3B)
%7Cutmcsr%3D(direct)%7Cutmcmd%3D(none)%3B%2B__utmv%3D22255963.ea99f9707873e4879f02dcf688be4e6e%3B)