LENSAINDONESIA.COM: Bencana lumpur lapindo yang terjadi enam tahun silam benar-benar telah mengakibatkan penderitaan bagi warga korban. Namun, bagi sebagian warga korban hal itu tidak membuat patah arang untuk bangkit dari keterpurukan kehidupannya.
Muhammad Maksum misalnya, salah satu korban lumpur lapindo yang bertempat di kavling Ketegan Tanggulangin. Ia berhasil mengembangkan usahanya setelah mendirikan UKM hingga pendapatannya terus bertambah sampai puluhan juta rupiah perbulannya.
Dengan berbekal tekad dan uang ganti rugi dari PT Minarak Lapindo Jaya (MLJ), dia mengembangkan usaha UKM pengrajin tas suvenir toko mas yang penjualannya ke luar pulau Jawa seperti Makassar, Pare-Pare dan Ujung Pandang dengan penghasilan rata-rata 70 juta rupiah perbulannya.
Selain itu, warga korban lumpur yang dulunya tinggal di desa Kedungbendo kecamatan Tanggulangin tersebut juga mengembangkan usaha membuka bengkel motor di rumahnya.
Sebelum terkena bencana luapan lumpur lapindo Porong, dirinya juga seorang pengusaha Dompet yang penghasilannya pas-pasan dengan kondisi rumahnya yang sederhana. Kini dia sudah merubah nasib dengan dengan tekad dan keuletannnya sehingga hasilnya melimpah.
Uang ganti rugi sebesar 625 juta rupiah yang didapat dari PT. MLJ dibelikan satu unit rumah. Sisanya dibelikan tanah pekarangan dan mendirikan usaha UKM pembuatan suvenir dompet dan bengkel motor.
“Ya uang dari Lapindo itu saya rupakan buat beli rumah, tanah dan modal usaha. Alhamdulillah, kehidupan saya beserta keluarga sekarang sudah cukup.”kata bapak dua anak ini ketika ditanya LICOM, Jum’at (28/12/2012).
Selain Muhammad Maksum, ada lagi warga korban lumpur lapindo yang bangkit dan sukses bisa mengembangkan usahanya yaitu Analia.
Warga korban lumpur yang masuk dalam area peta terdampak tersebut berhasil mengembangkan usaha kerajinan dompet dan tas kulit di desa Ketegan kecamatan Tanggulangin. Semangat dan keuletan serta kegigihannya ternyata mampu mengantarkan dirinya sebagai seorang pengusaha yang sukses.
Ibu satu anak ini mengaku sebelum terkena lumpur, di rumahnya yang ada di desa Ketapang Tanggulangin juga membuat kerajinan tas kulit dengan lima orang pegawainya. Namun setelah rumahnya terkena dampak luapan lumpur dirinya malah bisa mengembangkan usahanya. Bahkan pendapatannya pun bertambah dari 1 juta rupiah per bulannya, kini menjadi 12 hungga 20 juta per bulannya dengan menggaji 15 orang pegawainya.@jani