
LENSAINDONESIA.COM: Hadirnya Menpora Roy Suryo pada Kejuaraan Ketangkasan Berkuda (Equestrian) ‘Jateng Master’ 2013, Salatiga Jateng (27/4) yang diselenggarakan Eqina, sempat dikhawatirkan menjadi ajang pengakuan dukungan kepada salah satu organisasi Equestrian.
Seperti diketahui, dua organisasi Equestrian kini sedang berseteru. Keduanya yaitu, Eqina yang baru terbentuk dan berinduk ke Pordasi dengan EFI (Equestrian Federation Indonesia) yang resmi diakui oleh KONI dan FEI (Federasi Equestrian Internasional).
Baca juga: KPK periksa pelaksana proyek Hambalang dan Menpora pindahkan "Islamic Solidarity" ke Jakarta, meski belum kontak Jokowi
Namun, Menpora berjanji untuk segera menyelesaikan masalah ini. Ia berjanji menyelesaikan seperti menyatukan perpecahan di kubu sepak bola Indonesia,” ujar Roy Suryo.
Menyikapi hal itu, Anggota dewan pembina PP EFI, Teuku Riefky Harsya mengatakan, dirinya salut dengan gaya kepemimpinan Roy Suryo. Rifky menilai, kehadiran menpora diajang Jateng Master memang sangat diharapkan.
“Sebagai sahabat saya salut gaya kepemimpinan Menpora Roy Suryo. Beliau menyempatkan diri hadir pada pembukaan Jateng Master ditengah-tengah route Rally PPMKI Jawa Tengah. Hal ini memang sudah dibicarakan sebelumnya dan merupakan rangkaian upaya mempersatukan stakeholder equestrian,” ungkap Riefky.
Riefky juga menyampaikan, sebelum dan sesudah acara ‘Jateng Master’ itu, dia memang berkomunikasi dengan Menpora. “Bagaimana Menpora mau menyelesaikan suatu masalah, apabila tidak melihat sendiri pihak-pihak yang perlu dipersatukan. Oleh karena itu Menpora tadi merasa perlu hadir pada acara yang digelar Eqina. Jadi jerih payah Menpora harus kita hargai dan dukung. Jangan disalahartikan sebagai keberpihakan Menpora.” jelasnya.
Menpora Roy Suryo setelah menghadiri acara itu, kata Riefky, sempat menyampaikan kepada dirinya, untuk segera membantu menyelseikan dualisme kepengurusan ini. “Insya Allah akan ada titik temu,” tutur Menpora kepada Riefky.
“Tentunya yang dimaksud beliau titik temu adalah permasalahaan dualisme dalam equestrian. Selebihnya Menpora menyampaikan pesan melalui dirinya agar pengurus dan atlit EFI untuk tetap pertahankan semangat, prestasi dan sukses dalam mengadakan rangkaian pertandingan kualifikasi SEA Games,” sambungnya.
Riefky menjelaskan, dirinya dan Menpora sering mendiskusikan keprihatinan atas kondisi terpecahnya masyarakat equestrian, sekaligus Riefky meminta arahan Menpora untuk jalan keluar mempersatukan kembali seluruh stakeholder equestrian demi ‘merah putih’.
“Supaya Indonesia terus memiliki target mendapatkan prestasi ke jenjang yang lebih tinggi lagi, yaitu Asian Games dan Olympic Games. Prinsipnya jangan sampai atlit yang menjadi korban. Pasalnya, kondisi yang terpecah ini dikhawatirkan bisa menjadi titik balik kemunduran standar equestrian Indonesia yang sudah hampir menyamai kelas internasional.
“Jangan sampai pertandingan kita mundur lagi dengan mempertandingkan kelas show jumping paling tinggi hanya 130 cm, padahal saat menjadi juara umum SEA Games 2011 dan World Cup 2012, Indonesia sudah bisa menaklukan negara-negara ASEAN di kelas 145 cm,”
Namun, EFI akan tetap berjuang untuk terus mengikuti standar internasional FEI dan mengikuti aturan-aturannya, seperti standarisasi ground lapangan, mengundang course designer FEI, serta melibatkan Juri yang diakui FEI. “Agar Indonesia dapat berkibar pada kancah internasional, selain terus membina dan mengirim atlit-atlit juniornya untuk bertanding ke luar negeri sebagai program regenerasi,” terang Riefky.
Sampai saat ini diketahui, sembilan orang atlit nasional yang berhasil menyabet medali pada SEA Games 2011 masih memilih untuk tetap bernaung dibawah pembinaan EFI, kecuali ada tiga atlit senior yang bergabung dengan Eqina.@anggi
%7Cutmcsr%3D(direct)%7Cutmcmd%3D(none)%3B%2B__utmv%3D80221660.5c3becc327685985cdf3d7d0bbc7afc8%3B)

%7Cutmcsr%3D(direct)%7Cutmcmd%3D(none)%3B%2B__utmv%3D88587636.5c3becc327685985cdf3d7d0bbc7afc8%3B)