Clik here to view.

LENSAINDONESIA.COM: Mantan Menteri Kordinator Bidang Perekonomian, DR. Rizal Ramli mengunjungi Dusun Trowono, Desa Karang Asem, Kecamatan Paliyan, Gunungkidul, Yogyakarta, Minggu (31/3).
Ini dilakukan dalam rangka mengunjungi lesehan budaya, pameran foto dan pengobatan gratis di desa tersebut.
Baca juga: Wacana pembubaran Banggar DPR menguat, ini kata Jafar Hafsah dan KPK Berusaha Buktikan TPPU dari Tersangka Sapi
Ketika Rizal Ramli datang, sekitar seribuan warga Paliyan, Gunung Kidul tumpah ruah di Balai Dusun Trowono A, Desa Karang Asem, Kecamatan Paliyan, Gunung Kidul, Yogyakarta.
Para muda-mudi dan anak-anak asyik mendengar alunan gamelan. Sementara yang sepuh duduk berbaris mengantri untuk mendapatkan layanan pengobatan gratis.
Selain para sepuh, para ibu-ibu hamil ikut duduk mengantri. Ada 400-an warga yang menikmati layanan pengobatan gratis yang digelar komunitas Sahabat Bangsa Untuk Persatuan dan Yayasan Pandora kali ini. Menggandeng tim medis dari Mercy, para warga nampak sumringah ikut acara sekalipun langit Paliyan cukup terik.
Sesekali alunan gamelan berhenti. Pelaku seni asli Paliyan gantian memamerkan gejug lesung, reog dan jathilan. Sorot pandangan para warga tajam mengarah ke pelataran balai dusun, tempat aksi berlangsung. Kesibukan warga tak sampai di sini.
Sebagian lainnya hilir mudik melihat-lihat ratusan foto yang dipajang di sekeliling lokasi. Sebagian besar foto yang dipajang adalah aktivitas sosial politik DR Rizal Ramli selama menempati sejumlah posisi strategis di pemerintahan, antara lain kepala Badan Urusan Logistik (Bulog), dan menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Dalam sambutannya, Rizal Ramli menyinggung pejabat publik di negeri ini yang moralitasnya rendah. Hal ini diyakini menjadi salah satu penyebab maraknya korupsi di Indonesia.
“Alih-alih bisa mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat dan dapat mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, terkikisnya budaya malu di kalangan pejabat kian membenamkan negara kita dalam kubangan kehancuran,” kata Rizal kecewa.
“Sebuah bangsa tidak akan hebat kalau pemimpinnya tidak punya rasa malu,” sambung tokoh oposisi ini.
Ketua Aliansi Rakyat Untuk Perubahan (ARUP) yang biasa disapa RR itu terenyuh karena budaya malu sekarang ini jadi barang langka di negeri ini. Para pejabat yang sudah terbukti dan divonis bersalah mencuri uang rakyat oleh pengadilan masih tampil leluasa di ruang-ruang publik mengesankan diri tidak bersalah dan bak pahlawan. Yang lainnya, malah tidak malu kembali mencalonkan diri di pentas pemilu.
Lain halnya dengan Jepang. Di sana, kata RR, oknum pejabat yang baru ditetapkan sebagai tersangka dan baru ramai diberitakan melakukan korupsi sebelum keluar putusan hakim saja langsung mengundurkan diri. Lebih ekstrim lagi, mereka melakukan bunuh diri.
“Di kita, bunuh diri tidak boleh. Tapi rasa malu penting dimiliki pejabat negara,” imbuh penasihat Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) itu.
RR bangga karena ternyata keberanian melakukan bunuh diri di Jepang juga tertanam dari warga Gunungkidul. Namun sayangnya, penyebab dan motifnya berbeda.
Kalau orang-orang Jepang bunuh diri karena rasa malunya yang tinggi, sementara warga Gunungkidul melakukannya karena faktor kemiskinan dan hidup susah. Saking banyak warga Gunungkidul yang bunuh diri, sampai-sampai daerah di selatan Kota Yogyakarta itu dikenal sebagai kampung bunuh diri.
Semestinya, kata RR, para pejabat negara punya keberanian yang sama dengan masyarakat Gunungkidul, bila dirinya terbukti korupsi.
“Gunungkidul perlu mengekspor keberanian bunuh diri ke pejabat-pejabat di Jakarta dan seluruh Indonesa,” demikian Rizal Ramli. @ari
Image may be NSFW.Clik here to view.

Clik here to view.

Clik here to view.

Clik here to view.
%7Cutmcsr%3D(direct)%7Cutmcmd%3D(none)%3B%2B__utmv%3D93261525.bee4fe4b1e68d0b3f1d57c1d173b9333%3B)
Clik here to view.

Clik here to view.

Clik here to view.

Clik here to view.

Clik here to view.
%7Cutmcsr%3D(direct)%7Cutmcmd%3D(none)%3B%2B__utmv%3D98637869.bee4fe4b1e68d0b3f1d57c1d173b9333%3B)